( Koleksi http://ethnic-unique.blogspot.com/2012/12/)
Hy guy.... Ada yang unik nihhhhhh....
Topeng banjet adalah teater rakyat khas karawang. Kekhasannya tampak pada gerakan tarinya. Yang cenderung erotis, sehingga sering disebut goyang karawang. Selain tariannya yang erotis, lawakannya juga cenderung lugu, apa adanya. Cerita yang dimainkannya pun sangat akrab dengan persoalan masyarakat karawang. Banjet identik pula dengan doger yang menunjukan pada sebuah tontonan yang menampilkan ronggeng dan diiringi oleh gamelan yang dinamis.
Asal-usul banjet tampaknya dapat diteliti dengan melacak asal-usul lagu-lagu banjet yang asli. Jika kita memperhatikan lagu-lagu banjet yang asli, terutama lagu alieu, ternyata cenderung dinamis. Musikalitas semacam ini disebut musikalitas carabalen (cara babalean, musik penghantar/penyambu ketika tamu datang). Hal lain yang terekam dari penampilan topeng banjet adalah adanya adanya gairah kebebasan, emosi, keramah-tamah, keceriaan, kesederhanaan dan spontanitasyang tinggi. Ini menjadi penanda bahwa ada kedekatan antara topeng banjet dengan gairah seni pertunjukan yang berasal dari Bali.
Sejalan dengan perubahan zaman, banjet kini memiliki wilayah sebaran yang cukup luas, antara lain Bekasi, Bogor Utara, Purwakarta, Subang, dan bahkan Priangan. Sekitar 1919-1930, tercatat ada 7-10 kelompok topeng banjet yang aktif menjalankan tradisi ngamen. Proses pewarisan pun berjalan alamiah. Walaupun kemudian terjadi pasang-surut, yang akhirnya hanya menyisakan beberapa kelompok banjet yang masih mencoba bertahan. Misalnya, kelompok topeng banjet Asmu (pendul, dan sekarang menjadi topeng jalan pendul putra), kelompok topeng banjet Dasim menjadi topeng banjet reman, topeng banjet tinggal menjadi topeng banjet Baskom, topeng banjetsapar menjadi topeng banjet Alisyaban (sekarang menjadi dua kelompok, yakni topeng banjet Ijem dan topeng banjet Askin). Kelompk-kelompok banjet ini adalah kelompok-kelompokyang menonjol dan cukup populer di masyarakat. Namun, terdapat realitas lain dimana dinamika kelompok-kelompok banjet ini mendorong tumbuh-kembangnya kelompok-kelompok baru yang memang tidak atau belum sepopuler mereka. Jumlahnya antara 15-20 kelompok. Kelompok-kelompok banjet baru ini tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten Karawang, seperti Karawang, Teluk Jambe, Klari, Cikampek, Cilamaya, Telagasari, Rawamerta, Pedes, Batujaya, Rengasdengklok, Tempuran dan Cibuaya.
Seperti umumnya teater rakyat, banjet memiliki waktu pertunjukan hampir sama, mulai sekitar pukul 21.00 hingga pukul 05.00 dini hari. Pertunjukan banjet diawali dengan prapertunjukan, yaitu kegiatan ngukus (membakar kemenyan), yang biasanya dilakukan oleh pimpinan kelompok yang dituakan. Pimpinan itu berpakaian dan berikat kepala putih seperti seorang pedanda bali, kemudian diikuti dengan naptu (memukul goong dengan jumlah pukulan dihitung berdasarkan atau menurut hari pasaran, bilamana banjet dimainkan hari Senin gong dipukul 4 kali, Selasa 6 kali, Rabu 7 kali dan seterusnya). Di samping itu, beberapa kelompok banjet sering pula melakukan acara nyekar ke makam Bang Pendul. Khusus untuk keluarga Bang Pendul, mereka melakukan sesaji peninggalan (semacam sedekah, yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan mulai tanggal 1-9 bulan jawa). Alasan mengapa mereka melakukan sesaji itu tidak banyak dikemukakan, kecuali menjalankan tatali paranti karuhun (apa yang sudah diwariskan oleh orang tua mereka). Mengenai tempat pertunjukan, bagi seniman banjet tidak jadi masalah. Mereka dapat melakukan pertunjukan dimana saja, asal memadai untuk sebuah pertunjukan, seperti tanah lapang, halaman rumah, panggung sementara, atau panggung di sebuah gedung.
Topeng banjet biasanya menggunakan bahasa sunda khas Karawang. Namun, dalam lawakan, mereka memakai bahasa yang berbeda. Bahasa lawakan dapat dibagi menjadi tiga: kelas bawah,kelas menengah,dan kelas atas. Mengapa begitu?Supaya menghasilkan konsep perlakuan dari tindakan dimana mereka mampu menggunakan bahasa yang mereka anggap cocok untuk konsumsi penontonnya. Karena mereka tidak melakukan pertunjukan di desa saja, tetapi juga mengisi acara dikantor pemerintah.
Topeng banjet biasa menggunakan waditra yang sederhana,prakis dan mudah dibawa. Jenis waditranya sekarang mengalami pertambahan dibanding dengan masalalu. Pada masalalu (sekitar 1910), waditra yang digunakan hanya tiga ketuk,satu kenong dan kempyang,satu gong besar,satu rebab,satu kecrek,satu kendang besar. Kemudian sekitar 1925, jenis wditra yang digunakan bertambah satu yaitu katipung(kendang kecil). Kemudian sekitar 1928, waditranya bertambah tiga, katipung,kempul dan kecrek. Sekarang, waditra yang digunakan ada satu rebab, satu kendang besar, dua kendang kecil, tiga ketuk, satu kempul, goong buyung (goong duduk) dan satu kecrek.
Jenis lagu-lagu dalam topeng banjet dibagi menjadi dua, yaitu khusus dan umum. Lagu-lagu khusus(utama) antara lain tatalu panjang, tatalu pendek, gonjingan, lipet gandes, sakoci, enjot-enjotan, karamat karem, cenat manis, persi mahyat, persi bener, jali-jali,tihang layar, aileu (arileu) dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan lagu-lagu umum adalah lagu-lagu yang pernah populer dimasyarakat luas. Diantaranya sulanjana, gaplek, buah kawung, geboy dan lain-lain.
Rias dan busana. Mereka memilih busana sehari-hari yang sesuai dengan keseharian mereka didesa. Atau, kalau hanya untuk menunjukan tingkat sosial tertentu, cukup memakai tpi dan jas. Untuk ronggengnya, mereka tetap menggunakan busana seorang penari, yaitu kembang topeng (mahkota lebar seperti niru kecil berbunga-bunga dan berumbai), toka-toka (kain selempang menyilang dada), andong (baju panjang tangan pendek berwiru), pending (ikat pinggang logam), ampreng (kain bersulam yang terletak sejajar dengan pusar), kewer (selendang sutera di kiri-kanan pinggang), ditambah kipas.
Topeng banjet Karawang sejak dulu, bahkan sampai sekarang, masih digunakan oleh masyarakat karawang terutama di desa-desa sebagai sarana pelengkap upacara hajat bumi, atau upacara perputaran waktu, yaitu pada waktu musim turun nyambut (membajak) dan ngajemput cai (menjemput air) dari irigasi. Topeng banjet digunakan pula sebagai pelengkap upacara daur hidup, seperti ngayun (40 hari bayi), sunatan anak laki-laki, perkawinan, syukuran, ruwatan (upacara penolak bala). Khusus dikota dan dikampus atau dikantor pemerintahan/swasta pertunjukan topeng banjet hanya dipertontonkan sebagai hiburan semata.
Penulis : Maya Karisma (18123023)
Sumber : Buku Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Penyusun (Ganjar Kurnia dan Arthur S. Nalan).
Gambar diambil oleh http://ethnic-unique.blogspot.com/2012/12/
numpang promote ya min ^^
BalasHapusBosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
hanya di D*E*W*A*P*K
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)