Karinding Nyengsol…sebuah kelompok seni yang berada di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis yang mengankat suguhan seni buhun. Karinding adalah sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, kemudian cara memainkannya juga hanya dengan sedikit pukulan jari di ujungnya, yang di posisikan pada mulut kita supaya getaran bambu tersebut mengeluarkan bunyi.
Alat musik seperti ini sebetulnya ada di seluruh dunia termasuk diantaranya Indonesia, kemudian di Indonesia sendiri banyak tempat yang memiliki alat musik ini namun mungkin namanya berbeda. Kebetulan di Jawa Barat alat musik ini adalah Karinding.
Karinding adalah alat bunyi bunyian dalam karawitan sunda yang dibuat dari pelepah aren atau bambu, dibunyikan dengan pukulan jari tengah dengan rongga mulut sebagai resonator. Dahulu dipergunakan sebagai sarana hiburan para penggembala kerbau atau kambing di kampung kampung.
Selain itu Karingding awalnya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari hari. Sebagai media hiburan dan media komunikasi pada masyarakat tradisional. Selain itu juga alat musik tradisonal digunakan sebagai pelengkap upacara adat baik tarian, nyanyian hinga pada upacara kematian
Oh iyah teman-teman kenapa kesenian di Winduraja ini memakai nama “Nyengsol”. Apakah ada maksud atau arti dari “Nyengsol” tersebut, menurut ketua kelompok karinding Nyengsol Atus Gusmara mengatakan kepada para netizen 😁, bahwa Nyengsol memang mengandung arti, karena Nyengsol adalah singkatan dari “ Nyungsi Eusi Ngaguar Seni Olah Laras” maksudnya adalah mencari isi seni jaman dulu dengan mengolah laras lagu, lebih luasnya menyelaraskan masa lalu dengan masa kini supaya budaya masa lalu jangan sampai hilang oleh budaya masa kini yang perlahan-lahan menindas seni budaya lokal.
Hampir lupa nih, mengapa kesenian ini memakai kostum berwarna hitam, beriket kepala dan tampak seperti orang-orang jaman dulu? menurut warga setempat sekaligus pelaku kesenian karinding nyengsol mengatakan bahwa kesenian karinding sendiri merupakan kesenian buhun. Sehingga kesannya seolah-olah sakral, padahal tidak.
“rasanya kurang pas kalau pemain karinding memakai kostum rock atau grup band masa kini, karena pada jaman dahulu kostum orang sunda seperti itu, ya kita menyelaraskan dengan jaman itu ke jaman sekarang, orang-orang jaman sekarang memakai pakaian orang dulu”.
menurut Atus Gusmara menyatakan bahwa Karinding Nyengsol tidak ada sesuatu yang sakral atau mengandung ritual apapun, kariding nyengsol murni sebuah kelompok seni yang mengangkat seni tradisi, dari karinding, celempung, perkusi, dan beberapa kesenian yang di dominasi oleh bahan baku dari bambu.
Karinding bukannya berdiri sendiri, melainkan dipadu dengan apik oleh alat musik kekinian, namun dibuat dan dimodivikasi menggunakan bambu, seperti gitar, bass, celempung, trompet, suling dan beberapa lagi. Bahkan termasuk tempat penyimpanan karinding itu sendiri terbuat dari bambu yang diukir dihias menjadi buah tangan sebagai oleh-oleh khas daerah Kawali.
Penulis : Baldan Ramdlan Rifano (18123016)
Sumber : Mang Atus Gusmana
Sumber photo : Pribadi